Kamis, 09 Juli 2015

Rodriguez : Tidak Masalah kalau Salah Pergi

Bek Fiorentina Gonzalo Rodriguez tidak khawatir dengan kepergian Mohamed Salah, dan berharap klub mendatangkan pemain besar.

Pemain sayap Mesir memveto untuk tidak kembali ke Viola, dengan klub mengancam untuk menuntut pemain Chelsea tersebut.

Namun, di kamp  pra-musim, Rodriguez berbicara santai tentang kisah yang sedang berlangsung.

"Saya belum berbicara dengannya baru-baru ini, karena dia berbicara bahasa Inggris dan saya tidak!" ujar Bek Argentina itu kepada media.

"Sayahanya berpikir tentang pemain yang ada di sini dan difokuskan pada Fiorentina. Jika seseorang ingin pergi, maka itu baik bahwa mereka telah pergi."

Rodriguez mengatakan bagaimanapun, klub harus menambah pemain jika mereka ingin mempertahankan standar permainan dari musim sebelumnya.

"Saya pikir akan sangat sulit untuk mengulangi apa yang kami lakukan dalam beberapa tahun terakhir, terutama musim lalu, tapi saya memiliki keyakinan dalam tim ini."

"Kami memiliki begitu banyak pemain yang memutuskan untuk tinggal di sini, meskipun tawaran dari beberapa klub di seluruh Eropa."

"Saya mengharapkan pemain besar untuk datang untuk melanjutkan permainan menarik kami dalam sepakbola. Kami perlu amnunisi tambahan untuk meraih piala dan berkembang, setelah hasil yang sangat baik tahun lalu."

(source : football-italia.net)

Senin, 06 Juli 2015

Sousa: Jangan Berbicara tentang Salah

Pelatih Fiorentina Paulo Sousa mengatakan 'sia-sia' berbicara tentang Mohamed Salah, setelah pemain sayap itu memilih untuk pergi.

Pemain Internasional Mesir menghabiskan paruh kedua musim lalu dengan status pinjaman bersama Viola, sebagai bagian dari kesepakatan transfer Juan Cuadrado ke Chelsea.

Meskipun Fiorentina telah mengambil pilihan mereka memperpanjang peminjaman, tapi pemain telah memveto itu, yang mengarah ke perang kata-kata.

"Salah jelas pemain yang telah memiliki beberapa tawaran dari tempat lain dalam beberapa pekan terakhir," ujar Sousa kepada La Nazione.

"Seringkali jika anda tidak tenang maka dapat membuat keputusan yang salah. Sekarang saya berpikir tentang pemain yang kami miliki, dan apa yang bisa mereka lakukan untuk saya, mereka yang penting."

"Tidak ada gunanya berbicara tentang dia (Salah), kami perlu memiliki ketenangan pikiran. Kami mengucapkan terima kasih atas apa yang dia lakukan untuk kami, tapi sekarang kami harus fokus pada orang-orang yang ada di sini, yang menghargai jersey ini. "

Kepergian Salah bisa sedikit tertutupi dengan kembalinya Giuseppe Rossi, tapi Sousa mengakui bahwa penangan khusus harus diambil terhadap striker rawan cedera.

"Kami harus menemukan keseimbangan yang tepat untuk pemain yang telah cidera. Kami harus mengetahui dengan baik, menilai kebugaran dan membuat keputusan dengan seluruh tim."

"Kami ingin memiliki dia (Rossi) di level terbaiknya."

(source : football-italia.net)

Senin, 22 Juni 2015

Paulo Sousa Resmi Jadi Pelatih Fiorentina

Fiorentina telah resmi menunjuk Paulo Sousa sebagai pelatih baru mereka setelah dia meninggalkan Basel FC. Fiorentina telah menunjuk pria Portugal Paulo Sousa sebagai pelatih mereka, kata klub Liga Italia itu pada Minggu (21/6/2015).

Sousa (44) merupakan mantan gelandang Portugal dan pernah melatih sejumlah klub Inggris yakni Queens Park Rangers, Swansea City, dan Leicester City.

Ia meninggalkan klub Swiss, Basel, pada pekan lalu setelah satu tahun mengarsiteki klub itu.

"Fiorentina dengan gembira mengumumkan bahwa pada hari ini telah tercapai kesepakatan dengan Paulo Sousa agar dia menjadi pelatih tim pertama yang baru," kata Fiorentina dalam pernyataan di situs resmi mereka.

"Sousa akan berada di Florence besok untuk melengkapi formalitas-formalitas."
Sousa, yang menjuarai Liga Champions sebagai pemain bersama Juventus dan Borussia Dortmund, menggantikan mantan penyerang Italia Vincenzo Montella.

Montella dipecat Fiorentina pada awal bulan ini setelah membawa mereka finis di peringkat keempat di Liga Italia musim lalu. 

sumber : ANTARA

Rabu, 10 Juni 2015

Alberto Aquilani dilepas Fiorentina

Alberto Aquilani dilepaskan Fiorentina dengan status free agent karena masa kontraknya telah berakhir, dan kabarnya mantan gelandang Liverpool diminati beberapa klub luar negeri.


"Kami tidak berbicara dengan Fiorentina, tetapi mereka sedanga ada masalah dengan Pelatih, sehingga harus menunggu," kata sang agen Andrea D'Amico kepada Gazzetta TV.

"Ada minat dari luar negeri. Karirnya tergantung dirinya, karena dia baru berusia 31 tahun dan berada dipuncak kekuatan fisiknya. "

Bahkan mantan pemain Roma dan Juventus itu belum genap 31 tahun sampai bulan depan, tapi musim ini dia telah tampil 34 kali untuk Fiorentina di semua kompetisi, dan mencetak satu gol.

Karir Aquilani di Fiorentina sebenarnya tidak terlalu jelek. Dia kerap menjadi pilihan utama pelatih Fiorentina kala itu,Vicenzo Montella. Meski begitu Fiorentina tetap melepas pemain yang beroperasi sebagai gelandang itu. “Saya butuh klub yang percaya dengan saya, melibatkan saya, serta bermain untuk klub itu memberikan saya kepuasan,” ujar Aquilani.

“Saya akan tetap tenang dan tidak cemas. Saya lebih suka menunggu sampai tawaran yang tepat datang,” imbuh pria 31 tahun itu.

Rabu, 03 Juni 2015

Neto Ucapkan Perpisahan kepada Fiorentina

Norberto Neto mengucapkan selamat tinggal kepada Fiorentina dan berharap akan bergabung Juventus.

Kiper Brazil ini menolak perpanjangan kontrak dan akan menjadi pemain bebas agen pada akhir bulan ini.

"Salah satu momen saya yang paling sulit telah tiba," tulisnya di Instagram.

"Saatnya meninggalkan teman-teman dan orang-orang yang telah begitu penting bagi saya selama lima tahun terakhir!"

"Saya menghabiskan lima musim tak terlupakan di Florence, tumbuh sebagai pemain, tetapi diatas semua itu sebagai pribadi."

"Saya berterima kasih kepada semua orang yang membuat mimpi ini menjadi kenyataan. Itu adalah suatu kehormatan untuk bekerja dan hidup sehari-hari dengan anda."

"Terima kasih ACF Fiorentina. Terima kasih Florence."

Neto sering dikaitkan dengan Juventus selama berbulan-bulan, meskipun masih harus dilihat apakah dia akan bergabung ke Turin sebagai cadangan Gigi Buffon atau dipinjamkan tempat lain.

(source : football-italia.net)

Jumat, 22 Mei 2015

Angelo Di Livio: Legenda Juventus yang Menjadi Pahlawan Fiorentina




Musim 2001/02 berakhir pahit untuk A.C.Fiorentina. Tim asal kota Firenze ini berada di posisi 17 klasemen akhir Serie A, dan otomatis harus turun ke Serie B di musim berikutnya. Perginya Francesco Toldo ke Inter Milan dan Rui Costa ke AC Milan di awal musim ternyata membuat La Viola tidak mampu bersaing kala itu.

Tetapi itu bukan satu-satunya bencana yang dialami Fiorentina. Di musim panas 2002, kesebelasan dengan warna kebanggaan ungu ini pun pernah dinyatakan bangkrut. Fiorentina harus turun ke Serie C2 dan memulai musim dengan nama baru, Florentia Viola.

Semua pemain yang membela Fiorentina di musim 2001/02 berstatus free agent, dengan kata lain pemain bebas hijrah ke kesebelasan lain.

Bermain di Serie C2 tentu merupakan mimpi buruk bagi pemain-pemain yang sebelumnya berlaga di Serie A, dan benar saja, semua pemain akhirnya pergi meninggalkan Fiorentina. Kecuali satu pemain, Angelo Di Livio.

Soldatino (pejuang kecil) julukan Di Livio, yang meraih gelar Liga Champions bersama Juventus 6 tahun sebelumnya, dengan setia menemani La Viola mengarungi kasta ke empat liga italia. Memang kala itu ia sudah berusia 36 tahun, namun bukan berarti tidak ada tawaran untuk Di Livio waktu itu. Franco Baresi yang saat itu menjadi direktur olahraga di Fulham, berusaha memboyong Di Livio ke Inggris.
feature image



Tetapi Di Livio menolak, “Saya memutuskan bertahan di sini untuk membantu Fiorentina kembali ke Serie A.” tegasnya.



Legenda Bianconeri

Di Livio memulai karirnya di klub kota kelahirannya, AS Roma. Tetapi selama semusim membela kesebelasan ibukota, Di Livio tidak mendapat kesempatan bermain sama sekali. Namanya baru benar-benar berkibar saat Di Livio membela Juventus pada musim 1993 hingga 1999.

Bersama La Vecchia Signora, Di Livio meraih total 9 gelar, termasuk Liga Champions 1996, UEFA Super Cup 1996, serta Intercontinental Cup di tahun yang sama. Di Livio yang berposisi sebagai gelandang bertahan menjadi salah satu komponen penting lini tengah Juve di era 90an.

Ketika Juventus Stadium diresmikan 8 September 2011, nama Di Livio masuk sebagai 50 legenda Juventus sepanjang masa, sejajar dengan Giampiero Boniperti, Gaetano Scirea maupun Michel Platini.

Padahal, gaya permainan Di Livio tidak semenonjol Roberto Baggio atau Zinedine Zidane, 2 playmaker hebat yang sempat bermain bersamanya di Juve, tetapi Di Livio mengimbangi itu dengan assist-assistnya serta usaha pantang menyerah di sisi kanan lini tengah Juve. Gaya bermain yang ngotot itulah alasan kenapa dia dijuluki Soldatino oleh Roberto Baggio.

Gaya bermain tersebut juga terbukti banyak disukai pelatih. Terbukti Di Livio dipanggil ke tim nasional Italia saat diasuh 4 pelatih yang berbeda, Arrigo Sacchi, Cesare Maldini, Dino Zoff dan Giovanni Trappatoni.

Di akhir musim 1998/99, Di Livio meninggalkan Juve dan kemudian bergabung dengan kesebelasan rival, Fiorentina.


Ditolak dan dipuja Fans Fiorentina

Sudah menjadi rahasia umum bila Fiorentina beserta fans nya begitu membenci Juve. Terutama saat Juve membajak pemain kesayangan mereka, Roberto Baggio, menjelang Piala Dunia 1990.
Baggio yang waktu itu menjadi andalan Fiorentina cuma berkata, “Saya dipaksa menerima transfer ini.” Seolah menyiratkan bahwa bukan dia yang ingin pindah ke Juve.

Kebencian publik Firenze terhadap Si Nyonya Tua sudah begitu mendarah daging, setiap pemain yang pindah langsung dari Juve ke Fio dipaksa untuk melakukan ritual ‘Degobbizzazione’ – simbol penyucian, penyambutan dan sumpah setia.

Hal ini berlaku juga untuk Di Livio. Setelah tampil buruk di 3 bulan pertama bersama La Viola, Di Livio ‘dipaksa’ untuk bersumpah di depan tifosi Fiorentina.

“Saat ini Juventus adalah musuh nomer satu saya, mereka membuang saya, mencampakkan saya, padahal saya memiliki perjanjian dengan Juve untuk memperpanjang kontrak, tetapi mereka mengusir saya.” ujar Di Livio saat itu.

Pada akhirnya, Di Livio akhirnya membuktikan bahwa dia memang benar-benar loyal pada La Viola. Di saat pemain lain pergi meninggalkan Fiorentina yang terpuruk, Di Livio yang saat itu memangku jabatan kapten memilih untuk tenggelam bersama ‘kapalnya’.

Semusim setelah bermain di serie C2, Florentia Viola berhasil naik ke Serie B. Di Livio yang waktu itu sudah berusia 37 tahun mengungkapkan keinginan terakhirnya sebelum pensiun, “Bermain kembali di serie a dengan jersey ini (Fiorentina) meskipun hanya satu pertandingan, akan menjadi cara yang hebat untuk mengakhiri karir saya.”

Di Livio mengakhiri karir sepakbolanya di akhir musim 2004/2005. Tepat seperti yang diinginkan, Di Livio mengakhiri karir dengan kostum Fiorentina di Serie A. Dan bukan cuma 1 pertandingan, dia melakoni 12 pertandingan di musim tersebut dan berhasil membawa Fiorentina bertahan di Serie A.

Kesetiaannya menjadi panutan bagi setiap pemain. Simak pernyataan mantan pemain Fiorentina, Lorenzo Amoruso, tentang Di Livio, “Di Livio adalah legenda yang sebenarnya karena pengorbanan yang dia berikan untuk Fiorentina. Ketika Fiorentina terdegradasi Di Livio merelakan gajinya dipotong dan karena itulah hingga saat ini para fans menganggapnya sebagai pahlawan.”
Di Livio, karir sepakbolanya memang membuatnya menjadi legenda di Juventus, tapi kesetiaan membuatnya jadi pahlawan di Fiorentina.

source: PanditFootball.com