Firenze, orang Inggris menyebutnya Florence, merupakan kota lahirnya 'kejeniusan Italia'. Selama tiga abad, ke-13 sampai ke-16, kota ini pernah jadi pusat pengembangan seni dan ilmu pengetahuan. Temuan-temuannya tak hanya bergema di Italia tapi menyebar seantero Eropa.
Renaissance yang terkenal itu juga lahir dan tumbuh di sana. Sebuah konsep pemikiran yang banyak mempengaruhi kalangan ilmuwan dan penemu pada zaman itu. Bahkan sampai sekarang. Makanya, sebagian orang menjuluki Firenze 'Kota Renaissance'.
Salah satu ilmuwan paling terkenal pada zaman itu adalah Dante. Ia dipandang sebagai penyair agung sekaligus sejarawan dan ahli tata bahasa. Sampai sekarang, warga Firenze masih menganggapnya ilmuwan terbesar yang pernah tinggal di kota mereka.
Masih ada lagi sejumlah nama besar dalam era keemasan Firenze. Misalnya Giotto yang diakui sebagai arsitek sekaligus pelukis andal. Lalu Lorenzo yang dipandang sebagai 'peniup ruh' Renaissance. Juga Michelangelo, ilmuwan brilian yang arsitek sekaligus pelukis kondang pada zamannya.
Dengan latar belakang seperti itu. Tak usah heran bila orang merasakan suasana berbeda, -dibanding Milan atau Roma, misalnya- saat memasuki kota Firenze. Kota yang juga dijuluki 'Ibukota Seni' ini terasa teduh, tenang, bersahabat, dan cantik.
Jalan-jalan kotanya memang cenderung sempit. Karena sebagian besar merupakan warisan kota lama yang dibangun kekaisaran Romawi seabad sebelum Masehi.
Suasana bernuansa seni terasa hampir di semua sudut kota yang berpenduduk hanya sekitar 500 ribu jiwa ini. Dari keindahan bangunan-bangunan kuno hingga ratusan galeri seninya yang sangat terkenal.
Keteduhan itu merembet pula ke klub sepakbolanya, Fiorentina. Dibanding klub-klub Serie A lainnya, Fiorentina termasuk sepi konflik dan jarang terlibat skandal, terutama konspirasi wasit.
Sayangnya situasi adem ayem itu tidak mereka dapatkan saat bertandang ke kandang lawan. Tifosi Fiorentina sering menjadi korban kebencian pendukung tim tuan rumah.
Boleh jadi karena letak geografis Fiorentina yang 'tanggung', berada di tengah-tengah Italia. Sehingga pendukung klub utara (Milan atau Juventus) maupun selatan (Roma dan Napoli) sama-sama membencinya.
Tapi situasi tersebut sekaligus membuat loyalitas dan patriotisme pendukung Fiorentina kian mengental. Dan itu menemukan muaranya di lapangan hijau. Pendukung 'I Viola' terkenal paling bersemangat dan konsisten mendukung para pemainnya saat berlaga di Stadion Communale Artemio Franchi.
Belakangan loyalitas itu memang mulai membuahkan kerusuhan. Apalagi bila Fiorentina berhadapan dengan Juventus yang dianggap seteru bebuyutan mereka dalam tiga dekade terakhir ini.
(source : Riki Noviana)